Thursday 1 August 2013

Berkah Ramadhan: Ketika Para Rangers Buka Shaum Bersama

Allhamdulilah seminggu kemarin penulis dapat berjumpa dan buka bersama dengan 
para sahabat Fisika UPI 2007 
Power Rangers he.,.he.,he.,

Ruaarrr Biasa mereka telah hebat dan mantap.
Saya masih menjadi Ranger paling Bungsu.
Duuuhhh heu.,.heu.,heu.,


Bersua kembali dengan para sahabat yang telah menempuh kehidupan masing-masing sungguh sangat bahagia, mendengarkan kisah-kisah kehidupan baru mereka. Penuh Warna dan sangat Indah. Mengenang masa-masa ketika bertarung dengan tugas-tugas fisika yang njelimet dan WoW banget gitu. Hadoooh.,.#_#.

Sebelum kami menikmati santap buka shaum berjamaah, tak lupa Kang H. Bambang Achdiyat, S.Pd. memberikan wejangan kepada kita semua dan memberikan buku karyanya: Find Your Best Teacher: Perjalanan Menemui Guru Terbaik Menuju Puncak Kehidupan.

Memberikan petuah bijak bagaimana menghadapi permasalahan pelik, keluarga, persahabatan dan memberdayakan ummat.

Setelah itu masing-masing dari kami menceritakan pengalaman baru di tempat mereka mengabdi, luar biasa sekali, Allhamdulilah sebagian besar dari mereka tengah melanjutkan pendidikan Master sambil mengajar, ada juga yang sudah siap-siap menikah ha.,ha.,ha., inilah topik yang paling hoooottt yang mereka bicarakan. Wkkwkwkwk.^_^.

Dan tentu saja saya dibantai habis-habisan oleh kawan-kawan mengenai apa saja kegiatan yang selama ini dikerjakan. Hadeuhhh.

Thanks banget kawan-kawan he.,he.,he.,

Banyak sekali mendapat masukan dan nasehat dari kawan-kawan Rangers ini, semoga penulis dapat melaksanakannya, amin.

Melaksanakan shalat berjama'ah bersama, terasa dekat kembali kekeluargaan dan persahabatan ini. 

Dilanjutkan kembali ngobrol-ngobrol bareng meskipun pertanyaannya cendrung ke arah "Perjodohan" he.,he.,he., itu bisa menjadi sangat sensitif bagi sebagian orang yang (mohon maaf) belum mendapatkan jodohnya sementara usia semakin menua umpamanya. [Nunjuk Ke diri Sendiri hi.,.hi.,hi,.]

Untuk masalah yang satu ini hanya dapat menjadi pendengar yang baik, meski kadang-kadang diberondong Kepo Ilmiah, Edukatif dan Religius dari kawan-kawan, Defense aja ah.,.ha.,ha.,ha., 

Semoga segala niat dan cita-cita kalian menjadi berkah kawan.

Enam Tahun yang Lalu Saat Kami Masih Lengkap Bersama di Isola Bumi Siliwangi


Imajinasi Para Mahasiswa Pendidikan Fisika: Power Rangers S.Pd.
 

Kisah The Lone Ranger pertama kali saya baca dari novelnya Mas Andrea Hirata; Sang Pemimpi, ternyata hari ini telah ada diputar di layar lebar. Kisah persahabatan dan perjuangan dalam mengarungi kehidupan serta kepercayaan terhadap kekuatan sebuah mimpi dan pengharapan, bahwa begitu besarnya kekuatan sebuah mimpi sehingga dapat membawa seseorang menerjang kerasnya kehidupan dan batas kemustahilan.

John Reid [Lone Ranger]: "If we ride together, we ride for justice." 
 Tonto: "Justice is what I seek" 


Terima Kasih Kang Bambang atas bukunya, Kang Angga atas tumpangannya kapan nikah nih? Wkwkkw, Nuhun Kang Dzikri tos traktiran he.,he., Teh Siti, Kang Marjan, enggal geura nangtoskeun tanggal, Kang Ruli, Kang Purwa, Kang Bagus, Teh Nina, Teh Fauziah dan semua kawan-kawan Fisika Universitas Pendidikan Indonesia 2007.

The Lone Ranger

Semoga penulis dapat sehebat kalian.

Terima Kasih Kawan-Kawan ku.

Semangat.

Kuliah Umum MenDikBud: Prof. Mohammad Nuh

Terima Kasih Ya Robbana, Seminggu yang lalu, tanggal 26-07-2013, Ketika mengikuti shalat Tarawih bersama Kang Saepudin Al-Bantani di Mesjid Salman ITB, Akhirnya Allah mempertemukan saya dengan Bapak Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Prof. Dr. Ir. KH. Mohammad Nuh, DEA. 
Beliau berkesempatan memberikan ceramah tarawih kepada jamaah dan sempat juga memberikan beasiswa kepada seorang mahasiswa yang menjadi imam muda di Mesjid Salman yang fasih bacaan Al-Qur'annya.
Subhannallah.
Sedikit Biografi Prof. Mohammad Nuh.

Prof. Dr. Ir. KH. Mohammad Nuh, DEA (lahir di Surabaya, Jawa Timur, 17 Juni 1959; umur 54 tahun) adalah Menteri Pendidikan Nasional Indonesia sejak 22 Oktober 2009. Sebelumnya ia menjabat sebagai Menteri Komunikasi dan Informatika (2007–2009) dan rektor Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya periode tahun 2003–2006.

Mohammad Nuh adalah anak ketiga dari 10 bersaudara. Ayahnya H. Muchammad Nabhani, adalah pendiri Pondok Pesantren Gununganyar Surabaya. Ia melanjutkan studi di Jurusan Elektro Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, dan lulus tahun 1983.

Mohammad Nuh mengawali kariernya sebagai dosen Teknik Elektro ITS pada tahun 1984. Ia kemudian mendapat beasiswa menempuh magister di Universite Science et Technique du Languedoc (USTL) Montpellier, Perancis. Mohammad Nuh juga melanjutkan studi S3 di universitas tersebut.

Prof. Mohammad Nuh menikah dengan drg. Layly Rahmawati, dan ia dikaruniai seorang puteri bernama Rachma Rizqina Mardhotillah, yang lahir di Perancis.

Pada tahun 1997, Prof. Mohammad Nuh diangkat menjadi direktur Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) ITS. Berkat lobi dan kepemimpinannya, PENS menjadi rekanan tepercaya Japan International Cooperation Agency (JICA) sejak tahun 1990.

Pada tanggal 15 Februari 2003, Prof. Mohammad Nuh dikukuhkan sebagai rektor ITS. Pada tahun yang sama, Nuh dikukuhkan sebagai guru besar (profesor) bidang ilmu Digital Control System dengan spesialisasi Sistem Rekayasa Biomedika. Ia adalah rektor termuda dalam sejarah ITS, yakni berusia 42 tahun saat menjabat. 

Semasa menjabat sebagai rektor, ia menulis buku berjudul Strategi dan Arah Kebijakan Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (disingkat Indonesia-SAKTI).

Selain sebagai rektor, Prof. Mohammad Nuh juga menjabat sebagai Ketua Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Jawa Timur, Pengurus PCNU Surabaya, Sekretaris Yayasan Dana Sosial Al Falah Surabaya, Anggota Pengurus Yayasan Rumah Sakit Islam Surabaya, serta Ketua Yayasan Pendidikan Al Islah Surabaya.

Prof. Muhammad Nuh juga dikenal sebagai seorang Kiayi, sering memberi ceramah dan khutbah jumat di berbagai masjid di Surabaya dan dikenal sebagai Ulama.

Prof. Mohammad Nuh, Memberikan Wejangan Kepada Para Jama'ah di Mesjid Salman ITB

Turut hadir Dirjen DikTi: Prof. Dr. Ir. Djoko Santoso, M.Sc.


Sedikit Cuplikan Tausyiah Beliau: Membangun Ummat yang Rahmatan Lil Alamin.

Kita lahir di bumi Indonesia dan tumbuh bersama di Nusantara, tentu sudah menjadi kewajiban dan hak kita untuk memajukan dan memebesarkan Indonesia, negeri ini adalah bumi tempat kita lahir dan dibesakan, mari kita bersama membangun Bangsa. Kata beliau.

Mari kita menjadi umat yang Rohmatan Lil alamin yaitu umat yang menjadi rahmat bagi semesta alam, menghidari segala bentuk kekerasan. Tebarkanlah kasih sayang kepada umat manusia, karena Rosul pun mengajarkan kebaikan. Tambah Prof. M. Nuh.

Ia mengajak untuk Mengoptimalkan potensi MASKAM (mesjid kampus) untuk memberdayakan umat, karena Mesjid Kampus memiliki potensi yang tidak dimiliki oleh mesjid-mesjid lainnya.

Seperti jamaah MASKAM yang selalu baru tiap tahunnya, memiliki jumlah kaum intelektual yang banyak juga memiliki kepekaan sosial-kebangsaan yang lebih kuat.

Pak Nuh juga mengajak untuk mengibarkan bendera Rohmatan Lil alamin di segala lini kehidupan; raih sodara-sodara kita yang masih extrem dalam pemahammannya, tegasnya.

Bendera Rohmatan Lil alamin ini terdari dari Tiang yang kokoh berarti: Iman dan Akidah, Tali yang Kuat yaitu: Hablumminalloh dan Habluminanas. Memperbaiki hubungan sesama manusia, menghindari kegersangan sosial yang bermakna meminimalisir tindakan kekerasan-mengedepankan kasih sayang.

Kibaran Bendera Rohmatan Lil alamin ini butuh kompnen ke-3 yaitu kemauan untuk dikibarkan.

Kemauan ini berarti: Ilmu dan Keterampilan kita dalam mengelola masyarakat.

Inilah sebenarnya modal untuk mendirikan bangsa yang Rahman dan Rahim; Masyarakat yang penuh kasih sayang.

Para Nabi kita pun mengajarkan pendekatan Psikososial kasih sayang dalam mengajak umat bukan dengan "Hard Power".

Prof. M. Nuh pun, bercerita bahwa ketika zaman Nabi Muhammad pernah ada seorang warga pedalaman badui yang tiba-tiba mengencingi mesjid, para sahabat lantas marah bukan main dan hendak mengejar orang itu, Rosul melerai para sahabat untuk tak mengejarnya, tapi lekas-lekaslah cuci dan bersihkan bekas "nya" itu. Nabi pun memberikan pemahaman kepada orang pedalaman itu dengan pendekatan personal, bahwa hal itu tak boleh dilakukan.

Sebaliknya kepada para sahabat pun memberikan penjelasan bahwa: orang itu perlu dibina dan diarahkan. Maka di sinilah peran Wudhu sebagai alat sesuci bagi umat, yaitu saling membersihkan dan mensucikan, para wali pun mengajarkan pendekatan kasih sayang tanpa kekerasan dalam berdakwah.

Seperti Petuah Sunan Drajat:

1. Memangun resep teyasing Sasomo: Kita selalu membuat senang hati orang lain.

2. Jroning suko kudu eling Ian waspodo: Didalam suasana riang kita harus tetap ingat dan waspada.

3. Laksitaning subroto tan nyipto marang pringgo bayaning lampah: Di dalam perjalanan untuk mencapai cita-cita luhur kita tidak peduli dengan segala bentuk rintangan.

4. Meper Hardaning Pancadriya: Kita harus selalu menekan gelora nafsu-nafsu.

5. Heneng – Hening – Henung: Dalam keadaan diam kita akan mem­peroleh keheningan dan dalam keadaan hening itulah kita akan mencapai cita-cita luhur.

6. Mulyo guno Panca Waktu: Suatu kebahagiaan lahir bathin hanya bisa kita capai dengan sholat lima waktu.

7. Menehono teken marang wong kang wuto, Menehono mangan marang wong kang luwe, Menehono busono marang wong kang wudo, Menehono ngiyup marang wongkang kodanan:

Ajarkan ilmu pada orang yang tidak tahu, Berilah makan kepada orang yang lapar, Berilah baju kepada orang yang tidak punya baju, serta beri perlindungan orang yang menderita.

Begitu sedikit pesan beliau kepada para jama'ah.

"Kalau kita tidak mampu mengembangkan budaya Nasional sendiri habislah kita. Hancurlah kita"
*Prof. Mohammad Nuh*
Allhamdulilah Ya Robbana Akhirnya Saya dapat Bertemu dan Berjabat Tangan dengan 
Bapak MenDikBud Prof. Mohammad Nuh, Semoga Segala Kecerdasan dan Kebaikannya Terserap. Aamiin
Terima Kasih Ya Allah.

Ya Robbana kami berdo'a semoga kami dan para siswa kami suatu saat nanti ada yang menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan R.I.

Sehingga membawa negeri ini menjadi sebuah bangsa dengan Sistem Pendidikan Terbaik, Terhebat dan Terunggul di Dunia.

Amin.

Semoga do'a dan harapan baik kami bagi negeri ini mendapat Ridha Mu.

Semangat Indonesia Bisa!

Mari Kita Belajar Kepada Bangsa-Bangsa Peraih Nobel

Apakah Warga Negara Indonesia Pernah Meraih Nobel?

Bagaimana Caranya Agar Bangsa Indonesia Banyak Meraih Nobel?

 Nailul Hasan bersama peraih Nobel Fisika Prof. Douglas Dean Osheroff

 Dr. Osheroff (born August 1, 1945) is a physicist known for his work in experimental condensed matter physics, in particular for his co-discovery of superfluidity in Helium-3. For his contributions he shared the 1996 Nobel Prize in Physics along with David Lee and Robert C. Richardson.

Bagi para peneliti, penghargaan terhadap hasil penelitiannya tentulah membahagiakan, apalagi bila berupa Nobel yang prestisius. 

Namun, jangankan Nobel. Di Indonesia, penghargaan berupa gaji yang memadai saja belum terpikirkan. Tidaklah mengherankan bila sebagian peneliti lebih sibuk mencari penghasilan tambahan daripada berkutat di laboratorium. Menciptakan iklim penelitian yg bisa mencetak para pemenang Nobel memang tidak mudah. 

Seperti dikatakan pemenang Nobel bidang Kimia tahun 2001 dari Jepang Prof. Dr. Ryoji Noyori, syaratnya adalah guru, murid dan sistem yang baik. Suatu hal yang dimiliki negara maju sejak lama. 

Meskipun demikian sebenarnya tidak mustahil bagi negara berkembang untuk mengejar ketertinggalannya.

Seperti diungkapkan oleh Mantan Presiden China: Dr. Jiang Zemin:

"Tidak akan ada bom dan reaktor Nuklir jika tidak ada teori mekanika Kuantum". 

Tidak ada jalan lain. Perubahan mendasar dalam sistem yang ada di Indonesia harus dilakukan kalau mau bersaing di bidang riset, apalagi bila menargetkan penghargaan Nobel yang prestisius itu.

Belajar Kepada Negara Adi Daya Sains


Nobel Prize is a set of annual international awards bestowed in a number of categories by Scandinavian committees in recognition of cultural and/or scientific advances. The will of the Swedish philanthropist inventor Alfred Nobel established the prizes in 1895. The prizes in Physics, Chemistry, Physiology or Medicine, Literature, and Peace were first awarded in 1901.

The related Nobel Memorial Prize in Economic Sciences was created in 1968. Between 1901 and 2012, the Nobel Prizes and the Prize in Economic Sciences were awarded 555 times to 863 people and organizations. With some receiving the Nobel Prize more than once, this makes a total of 835 individuals and 21 organizations. .

Beberapa bulan lagi dunia akan kembali menyambut para peraih Nobel 2013. Nobel Foundation sebagai penyelia program apresiasi bidang fisika, kimia, fisiologi, kedokteran, ekonomi dan perdamaian itu akan mulai melansir nama-nama peraih Nobel pada 7 Oktober nanti dilanjutkan penyerahan hadiah pada 10 Desember, bertepatan dengan peringatan 117 tahun kematian penggagasnya, Alfred Nobel.

Top 10 Negara-Negara Peraih Nobel dari Tahun 1901-2010


1. United States (326)



2. United Kingdom (115)



3. Germany (103)



Indonesia Kapan Meraih Nobel?


Pertanyaan ini bisa dijawab dengan dua proses pandang. Pada tahun 1924, Ilmuwan Willem Einthoven meraih Nobel bidang Fisiologi Medis dan tercatat kenegaraannya sebagai Hindia-Belanda [Indonesia]. Pun laman Wikipedia yang merangkum nama-nama peraih hadiah Nobel berdasarkan negara mencatat nama Einthoven sebagai satu-satunya penerima Nobel dari Indonesia.

Pada 21 May 1860 Einthoven lahir di Semarang yang dulu bagian dari wilayah kekuasaan Hindia-Belanda, meskipun menghabiskan masa dewasa hingga akhir hayatnya di Leiden, Belanda. Ayahnya seorang dokter dan ibunya adalah bagian kelompok kerja yang membawahi banyak pekerja Jawa dan Madura. Kisah Einthoven tak banyak dikenal.

In 1885, Einthoven received a medical degree from the University of Utrecht. He became a professor at the University of Leiden in 1886.

Kisah Nobel dan Indonesia lain terjadi pada saat Uskup Gereja Katolik Dili Carlos Filipe Ximenes Belo beserta José Ramos-Horta menerima hadiah Nobel Perdamaian pada 1996. Uskup Belo lantas jadi kontroversi karena saat itu ia tercatat sebagai warga Timor-timur yang adalah bagian dari negara Indonesia.

Timor-timur baru melakukan referendum pemisahan dari NKRI pada 1999 yang lantas disetujui oleh presiden waktu itu, B.J. Habibie. Uskup Belo dan Ramos-Horta dinilai berperan aktif dalam referendum itu hingga akhirnya negara baru mereka Timor Leste resmi berdiri pada 2002. Beberapa tokoh Indonesia, termasuk sastrawan Goenawan Muhammad dan pengamat politik Fadjroel Rahman menganggap Uskup Belo tokoh gerakan kemanusiaan yang berpendirian kuat.

Nama Uskup Belo dulu sering disejajarkan dengan sastrawan, mendiang Pramoedya Ananta Toer. Pram hingga saat ini dikenal sebagai tokoh Indonesia yang kehidupannya paling dekat dengan Nobel.


4. France (57)



5. Sweden (28)



Sejak 1996 Pram berkali-kali dinominasikan sebagai kandidat peraih Nobel Sastra, berkat perannya di dalam membangun cerita kemanusiaan lewat jalur kepenulisan. Kisah pertentangannya dengan pemerintah, celetuk-celetuk satire-nya soal pembengkokan sejarah, hingga visinya membawa nama Indonesia ke kancah dunia membuat Pram dinilai pantas meraih Nobel.

Tapi fakta berbicara lain. Penghargaan tertinggi Pram yang dikenal di antaranya “hanya” Ramon Magsaysay Award for Journalism, Literature and Creative Communication Arts (1995)  dan Chevalier de l’Ordre des Arts et des Lettres Republic of France (2000).

Sudut pandang sejarah (1) memang mencatat keterlibatan Indonesia dalam peraihan hadiah Nobel melalui beberapa tokoh. Meski di sudut pandang lain (2) secara konkret belum ada warga negara yang pulang dan meletakkan hadiah itu di Tanah Air.

Belum Aktif

Harus diakui bahwa Indonesia belum seaktif banyak negara Eropa dan Cina dalam mengajukan calon kandidat peraih Nobel. Selain itu, daftar pengajuan yang secara resmi banyak diajukan kepada lembaga riset Nobel Foundation yang tersebar di banyak regional sering kali sudah penuh ratusan bahkan ribuan nama di tahun sebelum penentuan kandidat. Begitu pula saat Pram dinominasikan berkali-kali untuk kategori Sastra.

Beberapa opin berhembus bahwa posisi pemerintah saat itu bingung antara mau mendukung keterpilihan Pram ataukah membincangkan pemberontakan masa lalu yang memosisikan sang tokoh kandidat pada baris pemberontak sejarah bangsa.


6. Switzerland (26)



7. Russia (25)



Mimpi Prof. Yohanes Surya, Ph.D. Indonesia Meraih Nobel 2020

Angin segar baru terhembus saat Septinus George Saa, matematikawan remaja asal Manokwari, Papua, berhasil meraih penghargaan “First Step to Nobel in Physics” lewat Olimpiade Fisika tahun 2004 di Polandia. Namanya lantas dimasukkan ke dalam daftar “siswa internasional” yang memiliki akses penuh ke banyak beasiswa luar negeri termasuk para profesor penasihat Nobel. Tentu saja membanggakan. Meski demikian, titel ‘nobel’ dalam penghargaan itu tentunya bukan berasal dari yayasan di Oslo ataupun Swedia.

Fisikawan Indonesia Profesor Yohanes Surya, Ph.D., mentor George Saa pernah menuliskan, statistik mencatat sejak 1961 para peraih hadiah Nobel rata-rata adalah murid atau mantan murid dari para peraih Nobel sebelumnya. Para peraih Nobel itu kemudian dijadikan guru, tempat belajar dan menimba ilmu. Meski pada praktiknya semua proses itu tidak semata-mata ditujukan untuk mengincar hadiah Nobel, peluang terbesar bisa tercipta di sana: di Amerika, di Eropa.

Prof. Yohanes yang punya mimpi Indonesia meraih Nobel pada 2020 ini mengklaim saat ini melalui beberapa program kerjasama pemerintah-kampus pihaknya berhasil mengirim beberapa siswa Indonesia untuk belajar kepada para peraih nobel.
 
Di laman resminya ia mencatat beberapa nama yang hingga saat ini tengah menempuh proses belajar di kampus-kampus top dunia. Siswa-siswi tersebut di antaranya Widagdo Setiawan di Massachussets Institute of Technology [MIT] (Belajar pada Prof. Wolfgang Keterlee, peraih Nobel Fisika 2001), Oki Gunawan di Princeton University (Pernah jadi murid Prof. Daniel Tsui, peraih Nobel Fisika 1998), dan Rizal Hariadi yang pernah mengajar di Caltech, dan satu kelasnya sempat dihadiri oleh satu dari tiga peraih Nobel Fisika 2004.

Optimisme Indonesia dan Nobel saat ini masih terbendung di kalangan akademisi dan peneliti kampus. 

Jarang terdengar kabar proses pembelajaran para periset keilmuan kita yang kiprahnya banyak dikenal di luar negeri. Di samping pemerintah juga terkesan belum serius menyiapkan warganya untuk mendapat pengakuan lebih  banyak di luar negeri (selain presidennya, tentu saja), masyarakat Indonesia juga belum akrab dengan Nobel.


8. Austria (21)



9,10 Italy/Canada (20)



Kita juga masih berkutat dengan gejala sosial yang masih belum punya tenggang rasa penghargaan yang baik bagi sesama kolega.

Budaya penghargaan kita belum sebaik negara-negara para peraih Nobel itu memang.

Kalau kita ingin ada orang Indonesia “asli” meraih Nobel, kiranya bisa memulai dengan menghargai orang-orang di dalam negeri dulu.

Saat ini, biaya riset Indonesia termasuk yang paling rendah di dunia. 

Anggaran yang nilai totalnya hanya 0,15 persen dari total PDB sangat jauh dari cukup untuk melahirkan inovasi-inovasi di bidang keilmuan dan teknologi. Komisi Inovasi Nasional (KIN) pada Desember lalu menyatakan pihaknya melalui kerjasama Dewan Riset Nasional mengajukan anggaran Riset Sains, Teknologi dan Inovasi Indonesia harus naik jadi minimal 1 persen, atau setara dengan Rp 20 trilyun. 

Itupun, jika dimaksimalkan, masih jauh dari perjalanan meraih Nobel.

Jika Pendidikan, Riset dan Budaya Ilmiah terus dikembangkan maka mungkin saja di masa depan Warga Negara Indonesia akan banyak meraih Penghargaan Nobel yang Prestisius ini.

Meski itu bukan tujuan akhir.

Ayo Pelajar Indonesia

Semangat!
Penulis Bersama dengan Peraih Nobel Kimia Tahun 1988, Prof. Robert Huber, Ph.D.


Sumber: 

Prof. Dr. rer. nat. Terry Mart, M.Sc.
Arip Nurahman Notes
Membangun Indonesia dengan Fisika oleh: Nailul Hasan, Fisika ITS Surabaya.
Mas Fandi Sido
http://en.wikipedia.org/wiki/List_of_Nobel_laureates_by_country
Pendidikan Fisika, FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia

Semoga Bermanfaat