Wednesday 25 March 2009

Indonesian Space Sciences & Technology School


Sekolah Teknologi Antariksa & Kedirgantaraan Indonesia
(IS2TS Indonesian Space Sciences & Technology School)

Vision

"Experiments In The Cosmos, Because Our Laboratory is Universe"

Mission

1. Menjadi Sekolah Sains Teknologi Cyber Keantariksaan dan Kedirgantaraan Terdepan di Indonesia
2. Melahirkan Generasi Impian yang Selalu Bertafakur, Bertadabur dan Bertasayakur terhadap Keseimbangan Semesta yang Telah Tercipta

Program IS2TS: 1 Tahun Mendatang.



1. Penelitian Pendaratan Manusia ke Bulan

Left to right: Armstrong, Collins, Aldrin

2. Penelitian Aerospace Engineering (List of aerospace engineering topics)
3. Pengenalan terhadap anak usia sekolah dasar dan menengah.
4. Mengadakan Ivent-ivent kecil di kota kelahiran para anggota.
5. Mendukung olimpiade-olimpiade ilmiah
6. Mempelajari Industri Keluarangkasaan
7. Memperkenalkan Wisata Luar Angkasa Space tourism (Aerospace BUSINESS)
8. Merenungi Kebesaran Penciptaan

Focus:

1. Academic

AeroAstro Undergraduate Education
a. Objectives & Outcomes
b. Degrees
c. Curriculum & Requirements
d. Freshman Year
e. Undergraduate Research Opportunities Program
f. Internships: The AeroAstro internship program is a strong alliance with aerospace industry that ties students’ campus learning to a work experience
2. Innovation, Research and Development

Research Labs & Facilities from MIT





INSPIRE
(Indonesian Nano-Satellite Platform Initiative for Research and Education)



3. Pengabdian Pada Masyarakat


1. Pengembangan Club Astro Fisika di Daerah-daerah;

a. Kota Cimahi

Team Olimpiade Astronomi dan Fisika Kota Cimahi

Pemimpin Project:

Angga : SMAN 2 Cimahi
Bela : SMPN 1 Cimahi

b. Kabupaten Bandung Barat

Team Olimpiade Astronomi dan Fisika Kabupaten Bandung Barat

Pemimpin Project:

Agan Septian Nugraha : SMA Lab School Universitas Pendidikan Indonesia

c. Kota Banjar Selamat Datang di Tim Olimpiade Astronomi Kami

Pemimpin Project:

Anton Timur J. (Institute Teknologi Bandung)


d. Pangandaran

Team Olimpiade Astronomi dan Fisika Kabupaten Pangandaran

Pemimpin Project:

Widia Prima M. (STT Garut)


e. Garut Tim Olimpiade Kab. Garut
Pemimpin Project:

Iqbal Robiyana (Pendidikan Fisika, FPMIPA UPI)


f. Tasikmalaya Tim Olimpiade Tasik
Pemimpin Project:


g. Ciamis

Team Olimpiade Astronomi dan Fisika Kabupaten Ciamis

Pemimpin Project:

1. Arip Nurahman (Pendidikan Fisika, FPMIPA UPI)

2. Bambang Achdiyat (Pendidikan Fisika, FPMIPA UPI)


h. Cirebon



Pemimpin Project:

Cecepulah


i. Provinsi Banten

Team Olimpiade Astronomi dan Fisika Daerah Banten

Pemimpin Project:

1. Deden Anugrah H. (Pendidikan Fisika, FPMIPA UPI)
2. Rizkiyana Putra M. (Pendidikan Fisika, FPMIPA UPI)

j. Team Olimpiade Astronomi dan Fisika Daerah Karawang

Pemimpin Project: Angga Fuja Widiana

K. Tim Olimpiade Kab. Kuningan

Pemimpin Project: Yoga dan Purwanto

Oraganisasi Berbasis Masyarakat


1. Indonesia Space Flight Society (MASYARAKAT PENERBANGAN ANTARIKSA INDONESIA)

2. Indonesia Space Scientist Society (MASYARAKAT ILMUWAN ANTARIKSA INDONESIA)

3. Indonesia Space Exploration Society (MASYARAKAT PENGEKSPLORASI ANTARIKSA INDONESIA)

Pusat Industri Keantariksaan Masa Depan di Indonesia


1. Indonesia Spacecraf Engineering

2. Indonesian Space Technology Innovation Research & Development

3. Indonesia Aerospace Engineering School









Space Tourism and Tourists





FIRST STEP TO NOBEL PRIZE IN PHYSICS


Central for Research and Development
for Winning Nobel Prize in Physics at Indonesia

International Competition for High School (Lyceum)
Students in Research Projects in Physics


The First Step adalah suatu kompetisi riset ilmiah tahunan dalam bidang Fisika bagi para remaja diseluruh dunia. Ide pembentukan The First Step ini berasal dari Waldemar Gorzkowski seorang guru besar Fisika di Institute of Physics, Polish Academy of Sciences. Sekitar 20 tahun yang lalu Gorzkowski bekerja sama dengan Polish Children’s Fund memulai suatu workshop dalam riset Fisika. Dalam workshop ini siswa-siswa SMA melakukan penelitian bersama dengan para peneliti senior. Ternyata hasil penelitian itu demikian baiknya bahkan beberapa makalah dapat dipublikasikan dalam jurnal-jurnal fisika yang cukup bergengsi. Hasil ini ditambah dengan penemuan bahwa beberapa anak SMA mempunyai semangat meneliti yang tinggi, mendorong. Gorzkowski untuk membuat kompetisi riset untuk anak-anak SMA se Polandia pada tahun 1991/1992. Tujuannya adalah untuk menghargai usaha para murid SMA ini dalam meneliti serta memberikan kesempatan untuk membandingkan hasil penelitian mereka dengan penelitian siswa-siswa lain. Dalam kompetisi ini terkumpul 59 makalah yang ternyata levelnya cukup tinggi. Kemudian dari makalah-makalah ini dipilih 7 pemenang utama (First Prize) dan 19 honorable mentions. Honorable mentions dibagi dalam dua kategori: makalah riset dan kontribusi. Hadiah untuk para pemenang ini adalah berupa riset di Institute of Physics selama 2 minggu.
Sambutan dan hasil kompetisi nasional yang begitu positif ini mendorong Gorzkowski untuk mendirikan kompetisi sejenis tetapi untuk level internasional, lahirlah The First Step to Nobel Prize in Physics Competition di tahun 1992/1993.
History of the
First Step to Nobel Prize in Physics
Introduction
About 15 years ago the Institute of Physics, Polish Academy of Sciences, in co-operation with the Polish Children's Fund started to organise the so-called Research Workshop on Physics. During the Workshop pupils selected by the Fund partook in various "adult" research projects being carried out at the Institute. Some results obtained by the Workshop participants were extremely valuable and were later published [e.g.: K. Giaro, et al., A Correct Description of the Interaction between a Magnetic Moment and Its Image, Physica C, 168 (1990) 479 - 481; M. Braun, et al., Vibration Frequency and Height of a Magnet Levitating over a Type-II Superconductor, Physica C, 171 (1990) 537 - 542].
National Competition
Many scientists employed in the Institute of Physics are involved in both national and international Physics Olympiads since their beginnings and are in permanent touch with pupils and teachers. During our time with the pupils at both the Workshop and the Physics Olympiads we discovered that some of the high school pupils tried to carry out physical research by themselves - at schools, in some laboratories and even at home. It was then - under permission of the Authorities of the Institute of Physics - that I decided to organise the National Competition in Research Projects on Physics for High School Students. The aims of the competition were obvious. We wanted to recognise pupils’ efforts and provide them with an opportunity to compare their own achievements with those of their colleagues. The first competition of this type started in 1991/2. The number of papers submitted was 59 with many of them being of a surprisingly high level. In this first competition 7 papers won prizes and 19 received honourable mentions. Given the difficulty in comparing papers on, for example, chaotic behaviour with the papers on theory of networks, all prizes were deemed to be of equivalent value. The honourable mentions were divided into two categories: research papers and contributions. Similarly, inside each category the honourable mentions were considered equivalent as well. The prizes in our competition were not typical. Instead of buying items for our winners, such as cameras, computers, sport equipment, etc., we decided to invite them to our Institute for a two-week long research stay. It was felt that in the case of those whose main hobby is physics such a prize is more valuable and more instructive than anything else.
Since the first competition was a success we decided to repeat the national competition every year. The second competition was organised in 1992/3. Its level was also very high, perhaps even higher than the previous year. The number of participants and winners increased also: 81 papers, 8 winners, 21 honourable mentions in two categories.



Body Of Knowledge

Pendidikan Astro Fisika dimulai dengan memperkenalkan berbagai fenomena yang dapat diamati di langit sebagai fenomena ilmiah yang ingin dijelaskan secara ilmiah pula. Tulang belakang dalam perolehan deskripsi ilmiah ini adalah fisika. Diyakini bahwa kaidah-kaidah fisika bersifat universal; berlaku di Bumi dan lingkungan-dekatnya dan juga di seluruh alam raya. Karena itu, fisika adalah elemen ilmu dasar yang esensial dalam astronomi. Diperlukan pula pemahaman yang baik tentang konsep dan perangkat matematika untuk memahami aliran logika dalam formulasi kaidah-kaidah tadi dan mendukungnya dalam teknik aplikasinya. Komponen lain yang juga sangat penting dalam sains adalah pekerjaan laboratorium. Ini diperlukan dalam proses pemahaman konsep atau kaidah ilmiah maupun dalam pembentukan ketrampilan dan kreativitas, serta aspek lain dalam metoda ilmiah, yaitu motivasi dan keingintahuan, pelaporan, dan sikap bertanggung jawab dan kritis.

Komponen fisika fundamental yang harus dikuasai, baik formulasi teoritik (formal dan umum) maupun aplikasinya, adalah sebagai berikut:
  1. Mekanika: pengertian gerak, kecepatan, momentum, gaya, energi, sistem referensi, orbit, sistem benda, kestabilan
  2. Termodinamika: pengertian sifat materi, panas, tekanan, entropi, energi, distribusi materi dan energi, sifat statistik materi dan radiasi
  3. Elektromagnetik: pengertian sifat dan gejala kelistrikan dan kemagnetan , elektrostatika, elektrodinamika, hamburan, gelombang, perambatan, radiasi
  4. Fisika Kuantum: pengertian kuantum, observables, operator kuantum, prinsip ketidakpastian, deskripsi keadaan, evolusi keadaan, tingkat energi kuantum, hamburan

Komponen matematika fundamental yang harus dikuasai adalah kalkulus, geometri, aljabar linier, operasi matriks, persamaan diferensial, fungsi khusus, transformasi integral, dan berbagai komponen dalam metoda matematika untuk permasalahan fisika. Komponen penting lain yang diberikan adalah statistika dan penggunaan komputer (algoritma dan teknik pemrograman, metoda numerik, dan lain sebagainya) yang relevan untuk keperluan sains. Agak berbeda dari penyampaian materi secara klasik, dalam kurikulum astronomi ini motivasi astrofisika sangat ditonjolkan dalam penyampaian materi utama fisika dan matematika seperti disebutkan di atas.

Berbagai komponen fisika dan matematika fundamental yang telah disebutkan di atas, berikut perangkat statistik dan komputasi, dituangkan ke dalam adonan besar materi astronomi dan astrofisikanya sebagai berikut:
  1. Waktu dan astronomi posisional: sistem koordinat, sistem waktu dan penghitungannya, penentuan lokasi dan waktu pemunculan objek langit, koreksi posisi dan waktu.
  2. Astrofisika: Konsep-konsep mendasar tentang astronomi dan astrofisika; metoda pengukuran dan kuantisasi dalam observasi astronomis; hubungan antara besaran teramati dan besaran intrinsik, mengenali perilaku dasar bahan penyusun objek astronomis (gas materi, debu, foton), dan proses fisis yang berasosiasi dengan observables, seperti temperatur, warna, dan kecerlangan.
  3. Proses Astrofisika: pemakaian konsep fisika (mekanika, termodinamika, elektromagnetik, fisika kuantum, dsb) dalam proses astronomis, termasuk yang berada dalam kondisi ekstrim, proses pembangkitan radiasi, emisi, absorpsi, pembentukan spektrum kontinu dan garis, akresi massa, gerak sistem benda, orbit, aspek komparasi teori dan pengamatan, berbagai koreksi, kalibrasi,
  4. Tata Surya: mengenal berbagai objek dalam Tata Surya, proses-proses fisis dalam Tata Surya, matahari sebagai sumber radiasi dan pengatur gerak utama, planet dan satelit, objek-objek kecil dalam Tata Surya, wawasan evolusi Tata Surya, wawasan planet ekstrasolar, aspek kondisi posibilitas kehidupan, orbit satelit buatan
  5. Fisika Bintang: berbagai proses utama di dalam dan atmosfer bintang: pembangkitan energi nuklir, aspek kuantum pada radiasi, aspek hantaran radiasi, dan aspek evolusinya, klasifikasi bintang, karakter bintang
  6. Fisika Galaksi: berbagai proses fisis di dalam galaksi, distribusi dan gerak bintang, distribusi, komposisi, dan gerak materi antar bintang, Galaksi Bima Sakti (posisi dan gerak matahari, lingkungan matahari, rotasi galaksi, penentuan ukuran dan massa galaksi, penentuan posisi pusat galaksi, dsb), property umum galaksi, seperti morfologi, laju pembentukan bintang, kondisi lingkungan, dan evolusi galaksi
  7. Kosmologi: mempelajari alam semesta secara keseluruhan, baik struktur maupun evolusinya melalui telaah geometri dan fisis; konsep ruang-waktu, Teori Gravitasi Enstein, kondisi relativistik, kerangka kerja pemodelan alam semesta, identifikasi hasil pengamatan kosmologis dalam bentuk dan struktur sifat global alam semesta maupun proses terinci dalam sejarah pembentukan strukturnya. (as. ITB).

Bahan-bahan kuliah di bawah ini sebagian besar didanai dari proyek hibah PHK-A2. Silakan diakses. (Sumber Astronomi ITB)


Silakan dimanfaatkan beberapa taut berikut yang juga disusun oleh staf:

Di Asia, ditelaah model dari Kyoto University dan University of Tokyo (Jepang) dan Interuniversity Center for Astronomy and Astrophysics (Pune, India). Di Australia, University of Melbourne. Eropa: Cambridge University (Inggris), Leiden dan Utrecht (Belanda), Padua (Italia). Amerika Serikat: MIT, Princeton University, Cornell University, UC Berkeley, University of Arizona, University of Texas at Austin. Juga ditinjau model kurikulum astrnomi di negara berkembang yang memiliki program astronomi, yaitu Universitas National Mexico. Studi banding ini kemudian disesuaikan dengan kebutuhan maupun dengan sumberdaya yang ada.

(Semoga bermanfaat)